“BENCANA ALAM”
Disusun Oleh :
Nama :
Kelas :
SEKOLAH MENENGAH TERBANGGI BESAR
KECAMATAN
TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan
energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.
Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami
selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alatSeismometer. Moment magnitudo adalah
skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah
skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada
skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka
mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat
dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang
luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya
telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar
terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di
Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011),
dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas
getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.
Jenis Gempa Bumi
Berdasarkan Penyebab
Gempa Bumi ini
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga
yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana
alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya
gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Gempa Bumi ini
diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa
Bumi ini jarang terjadi
Gempa Bumi ini biasanya
terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini
jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa bumi buatan adalah
gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan
dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gempa Bumi ini terjadi
akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
·
Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah
gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan
bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
·
Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah
adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di
bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan
ringan dan getarannya lebih terasa.
·
Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal
adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan
bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
·
Gelombang Primer
Gelombang primer
(gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh
bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
·
Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder
(gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti
gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik.
Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Penyebab terjadinya gempa Bumi
Kebanyakan gempa Bumi
disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan
oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi
oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya
terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling
parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan
besar terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain
juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi
(jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena
injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky
Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi
dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes
rahasia senjata nuklir yang dilakukan
pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan
juga seismisitas
terinduksi.
Sejarah gempa Bumi besar pada abad ke-20 dan 21
·
11 April 2012, Gempa
bumi di sepanjang Pulau
Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi
sampai Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
·
11 Maret 2011, Gempa Bumi di Jepang, 373
km dari kota Tokyo berskala 9,0 Skala Richter yang sebelumnya di revisi dari
8,8 Skala Richter, gempa ini juga menimbulkan gelombang tsunamidi sepanjang pesisir timur Jepang
·
26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas ditemukan
hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan
tsunami.
·
7 April 2010, Gempa
Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera
bagian Utara lainnya berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak
menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan
fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
·
27 Februari 2010, Gempa Bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30
Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang
menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara
kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
·
12 Januari 2010, Gempa Bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala
Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000
orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
·
30 September 2009, Gempa
Bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang
berasal dari pergeseran patahan Semangko,
gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter
(BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan
ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
·
2 September 2009, Gempa
Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini
terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya
karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
Kerusakan
akibat gempa Bumi di San Francisco pada tahun 1906
Sebagian
jalan layang yang runtuh akibat gempa Bumi Loma Prieta pada tahun 1989
Akibat
Gempa Bumi
·
Bangunan roboh
·
Kebakaran
·
Jatuhnya korban jiwa
·
Permukaan tanah menjadi
merekat dan jalan menjadi putus
·
Tanah longsor akibat
guncangan
·
Banjir akibat rusaknya
tanggul
Cara
Menghadapi Gempa Bumi
Bila berada di dalam
rumah:
·
Jangan panik dan jangan
berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur.
·
Bila tidak ada,
lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
·
Jauhi rak buku, lemari
dan kaca jendela.
·
Hati-hati terhadap
langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding dan
sebagainya.
Bila berada di luar
ruangan:
·
Jauhi bangunan tinggi,
dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon
yang tinggi dan sebagainya.
·
Usahakan dapat mencapai
daerah yang terbuka.
·
Jauhi rak-rak dan kaca
jendela.
Bila berada di dalam
ruangan umum:
·
Jangan panik dan jangan
berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
·
Jauhi benda-benda yang
mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.
Bila sedang mengendarai
kendaraan:
·
Segera hentikan di
tempat yang terbuka.
·
Jangan berhenti di atas
jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan penyeberangan.
·
Jangan menyebabkan
kepanikan atau korban dari kepanikan.
·
Ikuti semua petunjuk
dari pegawai atau satpam.
·
Jangan menggunakan lift
saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat.
·
Jika anda merasakan
getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
·
Ketika lift berhenti,
keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
·
Jika anda terjebak dalam
lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
·
Berpeganganlah dengan
erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan
secara mendadak
·
Bersikap tenanglah
mengikuti penjelasan dari petugas kereta
·
Salah mengerti terhadap
informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
Bila sedang berada di
gunung/pantai:
·
Di pesisir pantai,
bahayanya datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda
tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
Beri pertolongan:
·
Karena petugas kesehatan
dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka
bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar
Anda.
Evakuasi:
·
Tempat-tempat
pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu
dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempa bumi. Pada prinsipnya, evakuasi
dilakukan dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi
pemerintah. * * * Bawalah barang-barang secukupnya.
Dengarkan informasi:
·
Saat gempa bumi terjadi,
masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali
setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang
benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi
yang tidak jelas.
Tsunami
Tsunami (bahasa
Jepang: 津波; tsu =
pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di
pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa
bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi bawah
laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan
meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari
bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak
apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban
jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih
terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut
tsunami sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti
badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa
meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan,
bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya
bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma
(Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra
Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan
peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera
Hindia sedang
membangun Indian Ocean Tsunami
Warning System (IOTWS) yang
akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami
mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan
nami berarti gelombang. Tsunami
sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah
terjadi.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang
pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah
dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena
gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu
populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan
gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan
gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti
gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan
"pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki
kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi
tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan
untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang
sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi
Peralai dalam Bahasa
Tamil, ië
beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa
Aceh adalah contohnya.
Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa
utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di
Pulau Simeulue, daerah
pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa
Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa
Sigulai, emong berarti tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami [sunting]
Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung
api, gempa
bumi, longsormaupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90%
tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa
tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung
Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak
bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman
laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan
kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi
kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya.
Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan
meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan
merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa
ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan
gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan
tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya,
dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang
berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau
meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai
ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
·
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 -
30 km)
·
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala
Richter
·
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Sistem Peringatan Dini
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik,
terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk
menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai
institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan
proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar
atau permukaan laut yang terhubung dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama
denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan
untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada
laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun
1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah
terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika
serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan
menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini
tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan
Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh
tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang,
meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik
telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah
sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian
tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan.
Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan
batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan,
bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak
rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem Peringatan
Dini Tsunami di Indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor,
telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian
Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di
Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika
terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang
ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3
tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini
melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia
adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang
ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini
didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5
menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan
mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi
(Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi,
Kesiapsiagaan.
Dampak tsunami pada
lingkungan
- merusak lingkungan (sudah pasti),
- merusak ekosistem dan merusak rantai makanan, ada banyak tumbuhan yang tidak bisa tumbuh lagi dan itu membuat rantai makanan putus (sisi lingkungan pada biologi)
- merusak tanah, tanah tidak subur. karena tsunami adalah air laut. banyak tanah yang terkena garam menjadi kering. serta zat mineral hilang karena terbawa arus tsunami. (lingkungan pada geografis)
- menghilangkan sumber sejarah, apabila sumber sejarah berupa benda yang mudah luntur maka akan sangat berbahaya (segi historis)
- menumpuknya sampah yang dibawa gelombang sunami (dari segi kebersihan)
- hilangnya infrastuktur (dari segi ekonomi)
- merusak lingkungan (sudah pasti),
- merusak ekosistem dan merusak rantai makanan, ada banyak tumbuhan yang tidak bisa tumbuh lagi dan itu membuat rantai makanan putus (sisi lingkungan pada biologi)
- merusak tanah, tanah tidak subur. karena tsunami adalah air laut. banyak tanah yang terkena garam menjadi kering. serta zat mineral hilang karena terbawa arus tsunami. (lingkungan pada geografis)
- menghilangkan sumber sejarah, apabila sumber sejarah berupa benda yang mudah luntur maka akan sangat berbahaya (segi historis)
- menumpuknya sampah yang dibawa gelombang sunami (dari segi kebersihan)
- hilangnya infrastuktur (dari segi ekonomi)
Tanah longsor
Longsor atau sering disebut
gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan
masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang
curam.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring
meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncul-lah
pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di
permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada
tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat
menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk
dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut,
dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila
ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila
terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan
tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu
panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat.
Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan
untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat
menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran
lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi
retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi
longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya.
Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti
dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat
atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
·
Adanya tebing terjal
yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·
Umumnya dijumpai mata
air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·
Daerah badan longsor
bagian atas umumnya relatif landai.
·
Dijumpai longsoran
kecil terutama pada tebing lembah.
·
Dijumpai tebing-tebing
relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·
Dijumpai alur lembah
dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·
Longsoran lama ini
cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
·
Bidang perlapisan
batuan
·
Bidang kontak antara
tanah penutup dengan batuan dasar
·
Bidang kontak antara
batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
·
Bidang kontak antara
batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap
air).
·
Bidang kontak antara
tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
·
Bidang-bidang tersebut
merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah
longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.
Proses
Terjadinya Tanah Longsor
• Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
• Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka tanah menjadi licin.
• Selanjutnya tanah pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
• Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
• Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelintir, maka tanah menjadi licin.
• Selanjutnya tanah pelapukan yang berada di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Tanah Longsor
• Rusaknya area pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
• Rusaknya Infrastruktur
o Daerah pemukiman penduduk.
o Jalan dan jembatan.
o Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
• Buruknya sanintasi lingkungan.
• Korban jiwa.
Upaya Penanggulangan
• Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman, Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman.
• Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
• Jangan menebang pohon di lereng Jangan membangun rumah/pemukiman di bawah tebing/lereng terjal.
Hal yang dilakukan selama Dan sesudah terjadi bencana
• Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
-Kondisi medan
-Kondisi bencana
-Peralatan
-Informasi bencana
• Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
• Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Banjir
Sebuah banjir adalah
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.[1] Pengarahan banjir Uni
Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan
yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam
arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang
laut.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang
meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.[3]
Ukuran danau atau badan air terus
berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun
banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir
sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran
banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan
pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan
bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan
dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah
rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada
biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah
kisah mitologi banjir
besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan
sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di
dunia.
Jenis dan penyebab
utama
Sungai
·
Lama: Endapan dari hujan atau
pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan
deras monsun,
hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju.
Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah
longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan
banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
·
Cepat: Termasuk banjir
bandang akibat
curah hujan konvektif (badai
petir besar)
atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah
longsor,
atau gletser.
Muara
·
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang
laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon
tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
Pantai
·
Diakibatkan badai laut besar atau bencana
lain seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon
tropis atau siklon ekstratropis masuk
dalam kategori ini.
Malapetaka
·
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti
jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa
bumi dan
letusan gunung berapi).
Manusia
·
Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan
atau pipa.
Lumpur
·
Banjir lumpur terjadi melalui
penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan
dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur
mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah
proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan
massal.
Lainnya
·
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di
permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan
cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
·
Berang-berang pembangun bendungan dapat
membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan
kerusakan besar.
Dampak
Dampak
primer
·
Kerusakan fisik - Mampu merusak
berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan
raya,
dankanal.
Dampak
sekunder
·
Pertanian dan persediaan makanan -
Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.[4] Namun,
dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi
menambah mineral tanah setempat.
·
Transportasi - Jalur transportasi
hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dampak
tersier/jangka panjang
·
Ekonomi - Kesulitan ekonomi
karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan
makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
makish mas bro....
BalasHapusjangn lupa mampir ya...
okok... thx yaaa :) maaf sebelumnya.. diriku mbabro bukan masbro :D
Hapusgempabumi dan gunung meletus, tahun ini dan tahun kemarin cukup banyak kasusnya,
BalasHapuskayaknya bumi kita sudah mulai mengamuk nih,
semoga manusia menjadi sadar an tidak merusak bumi kita ini
tak copy y mbak...
BalasHapus